Nasional

Bocah Reaktif Corona di Bontang Meninggal, Petugas Medis Terlibat Dikarantina

Infoasatu.com, Samarinda – Seorang bocah 8 tahun di Bontang dikabarkan meninggal dunia karena reaktif atau positif Corona. Menyusul kabar tersebut, beredar informasi di media sosial untuk tidak mendatangi RS Yabis dan RSUD Bontang karena sebagian petugas medisnya di karantina terkait Corona.

Dalam pengumuman itu, bocah 8 tahun itu meninggal diketahui reaktif atau positif Corona berdasarkan hasil rapid test. Disebutkan pula, orang tua anak tidak jujur soal riwayat perjalanan ke Jakarta.

Wakil Direktur Playanan RSUD Taman Husada Bontang dr Toetoek Ekowati membenarkan soal informasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) ditutup sementara. Toetoek juga mengatakan ada dokter dan perawat yang dirawat.

“Dokter dan perawat atau petugas yang terlibat diisolasi. Di rumah sakit sudah tidak bisa menampung, sehingga mereka dicarikan hotel, ini kami masih rapat,” kata Toetoek, Sabtu (25/4/2020).

Saat ini, lanjut Toetoek, sedang dilakukan proses rapid test pada tenaga medis, dokter dan sejumlah orang yang pernah berada di lokasi itu. Namun, untuk jumlahnya belum bisa dipastikan karena masih proses.

“Ini masih proses rapid test, untuk jumlah yang dites belum ada pasti semua yang pernah bertugas pasti dilakukan rapid pagi ini,” jelasnya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, Andi M Ishak mengaku mendapat laporan terkait adanya isolasi terhadap para petugas medis di dua rumah sakit yang menangani bocah 8 tahun itu.

“Kami belum mendapatkan informasi lengkap terkait informasi tersebut, saya belum bisa jawab karena belum tahu persis kejadiannya, kami masih menunggu konfirmasi kejadian sebenarnya ya,” ucap Andi.

Berdasarkan data, pasien merupakan PDP yang dilaporkan oleh Klinisi Medis RSUD Taman Husada Bontang. Pasien rutin berobat ke poli anak dengan penyakit epilepsy, Nekrotik syndrome, anemia, dan anak berkebutuhan khusus.

Baca Juga :  Update Corona 7 Juni: 31.186 Positif, 1.851 Meninggal, 10.498 Sembuh

Pasien pada tanggal 11 April ada keluhan bengkak kaki serta memiliki gambaran broncopneumonia. Lalu pada tanggal 23 April kondisi pasien memburuk. Dan dilaporkan meninggal pada 23 April 2020.

Proses pemakaman pun dilakukan sesuai protokol kesehatan. Petugas pemakaman menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dan anak tersebut dimakamkan dengan peti.

“Hasil swab belum namun pasien sudah dimakamkan sesuai protokol kesehatan, karena hasil rapidnya positif, jadi kita antisipasi,” pungkas Andi.

Facebook Comments