NETIZEN

Viral Tweet Wanita Ngaku Dilecehkan Saat Rapid Test di Soetta, Polisi Selidiki

Infoasatu.com, Jakarta – Viral tweet seorang wanita berinisial LHI yang mengaku mengalami pemerasan dan pelecehan seksual saat menjalani pemeriksaan rapid test di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten. Pihak kepolisian pun menyelidiki kejadian tersebut.

Kasat Reskrim Polresta Bandara Soetta Kompol Alexander Yurikho mengaku sudah mendapat informasi soal viralnya cerita dugaan kasus pemerasan dan pelecehan seksual tersebut. Dia menyebut pihak korban sejauh ini belum melaporkan kejadian tersebut.

“Iya, kami sudah monitor, tapi (korban) secara resmi belum melaporkan,” kata Alexander, Sabtu (19/9/2020).

Alexander menyebut pihaknya saat ini tengah melakukan penyelidikan terkait kejadian pemerasan dan pelecehan tersebut. Dia belum membeberkan secara resmi terkait kejadian itu.

“Penyelidikan awal sudah kita jalankan, penyelidikan akan tetap dilakukan,” ujarnya.

Alexander pun berharap pihak korban yang merasa dirugikan segera melaporkan peristiwa tersebut guna memudahkan proses penyelidikan.

“Akan tetapi lebih memudahkan proses penegakan hukum jika yang merasa dirugikan menjadi korban membuat laporan secara resmi,” imbuhnya.

Kejadian tersebut disampaikan LHI melalui akun Twitter @listongs. Melalui sebuah thread, dia membagikan cerita terkait dugaan pemerasan dan pelecehan seksual saat menjalani pemeriksaan rapid test di Bandara Soetta pada Minggu, 13 September 2020.

“Pada hari Minggu, 13 September 2020, aku mau pergi ke Nias Sumut dari Jakarta. Karena belum sempat melakukan rapid test di hari sebelumnya, jadi aku berencana untuk melakukan rapid test di bandara,” tulis akun @listongs.

Kemudian LHI menceritakan dirinya tiba di Bandara Soetta sekitar pukul 4 pagi untuk melakukan rapid test di tempat resmi di Terminal 3. Korban pun awalnya yakin hasil rapid akan nonreaktif lantaran dia yakin tidak pernah berada pada komunitas yang terpapar Corona. Namun, saat hasil rapid test keluar, dirinya dinyatakan reaktif Corona. Di sinilah korban mengaku mengalami pemerasan dengan dalih data rapid test bisa diganti untuk kepentingan penerbangan.

Baca Juga :  Pemateri Jurnalistik MDIA Bontoala Pukul Botol Minum dengan Palu di Depan Santri

Singkat cerita, LHI mengaku tetap dipaksa lakukan rapid test ulang dengan membayar Rp 150 ribu. Dia pun akhirnya dibawa ke tempat sepi dan diminta memberikan uang tambahan senilai Rp 1,4 juta.

“Di situ dokternya bilang ‘mba, saya kan sudah bantu mba nih, bisa lah mba kasih berapa, saya juga sudah telpon atas sana sini, bisa lah mba kasih’, di situ aku kaget dong, yaudahlah karna gamau ribet juga aku tanyain langsung ‘berapa?’, si dokter jawab ‘mba mampunya berapa? Misal saya sebut nominalnya takut nggak cocok’ hhh si anj*ng, yaudahlah aku asal jawab ‘sejuta?’, eh si dokter miskin ini jawab ‘tambahhin dikit lah mba’ si t*i yaudah karna aku males ribet orangnya, aku tambahin jadi 1,4 juta,” tulisnya lagi.

Tak cukup sampai di situ, oknum yang diduga dokter itu ternyata disebut sempat mendekati hingga mencoba mencium korban. Oknum dokter tersebut juga sempat meraba payudara korban.

“Aku kira cuma selesai sampai di situ, ternyata enggak 🙁 abis itu, si dokter ndeketin aku, buka masker aku, nyoba untuk cium mulut aku. Di situ aku bener2 shock, ga bisa ngapa2in, cuma bisa diem, mau ngelawan aja gabisa saking hancurnya diri aku di dalam, aku bener2 kaget dan gak bisa ngapa2in, si dokter bajing*n ini malah melanjutkan aksinya dengan meraba-raba payudara aku. Perasaanku hancur, bener2 hancur. nangis sekeras-kerasnya dari dalam, bahkan untuk teriak tolong aja gak bisa,” lanjut dia.

Facebook Comments