Peristiwa

Sebuah Kapal Terbakar di Perairan Maluku, 25 Nelayan yang Hilang Belum Ditemukan

Infoasatu.com, Jakarta – Sebuah kapal motor KM Hentri terbakar di perairan Maluku Tenggara pada Jumat (3/9) lalu. Akibat insiden tersebut, 18 warga asal Sukabumi dan Cianjur yang bekerja sebagai nelayan hilang dan hingga saat ini belum diketahui nasibnya.

18 warga asal Sukabumi-Cianjur itu bukanlah nelayan yang mencari ikan di perairan lokal. Mereka diketahui melaut di Muara Angke untuk kemudian berangkat ke perairan Maluku Tenggara.

Awalnya, para nelayan itu berangkat ke Muara Angke tanggal 15 Agustus dan 18 Agustus dan mulai berangkat ke perairan Merauke menggunakan Kapal Motor Hentri GT 195. Total terdapat 32 nelayan dalam kapal tersebut.

“Kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Muara Angke Jakarta hendak menuju Merauke Provinsi Papua,” kata Humas Basarnas Ambon Rizky Budianto, Kamis (9/9/2021).

Kemudian pada Jumat (3/9), KM Hentri mengalami kecelakaan, api membakar seluruh badan kapal. Menurut Basarnas kebakaran dipicu gelombang tinggi yang terjadi di sekitar perairan Maluku Tenggara. Saat itu, 30 orang ABK meloncat ke laut sementara dua lainnya terjebak dan diduga terbakar.

“Selama berlayar, sesampainya di perairan Kepulauan Tanimbar sekitar 50 mil antara perairan Kepulauan Tanimbar dan Pulau Tanimbar, kapal diterjang gelombang setinggi tiga meter sehingga mengalami guncangan hebat. Muncul asap hitam tebal dan kobaran api dari dalam kapal sekitar pukul 05.00 WIT tanggal 3 September 2021,” jelas Rizky.

Saat itu kapal Hentri terbakar hebat. Para ABK berusaha menyelamatkan diri dengan cara melompat ke laut.

Dalam kejadian ini, menurut informasi yang diterima Basarnas Ambon, dua orang tewas terjebak di dalam kapal, lima orang selamat, dan 25 orang lainnya dinyatakan hilang.

“Pada tanggal 6 September sekitar pukul 13.00 WIT, 5 orang ABK berhasil ditemukan oleh Kapal Motor Pencari Telur Ikan yang berasal dari Pulau Tanimbar dalam keadaan selamat. Mereka dievakuasi ke Desa Mun Pulau Tanimbar Kei guna mendapatkan perawatan. Menurut keterangan dari salah satu korban selamat, 30 orang melompat ke dalam air dan berenang menjauhi kapal, namun karena tinggi gelombang sebagian dari mereka terpisah dan hilang,” ujar Rizky.

Baca Juga :  Antisipasi Tawuran, Berikut Kesepakatan Rapat Gabungan Tripika Bontoala dan Tallo

Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Ambon baru menerima informasi soal kecelakaan tersebut. Mereka kemudian melakukan upaya koordinasi dengan sejumlah pihak untuk memastikan kondisi para korban berikut manifest penumpang kapal tersebut.

Menurut Rizky, hingga saat ini tim pencarian dan pertolongan masih terhambat tingginya gelombang di perairan Maluku Tenggara. Tim SAR melibatkan sejumlah potensi yang ada untuk mencari para korban.

“Informasi yang kami terima hingga saat ini situasi gelombang di perairan tempat kejadian dan sekitarnya masih tinggi. Kabar dari BMKG tinggi gelombang mencapai 3 hingga 4 meter. Meski begitu upaya-upaya akan tetap dilakukan melibatkan Basarnas, Lantamal IX Ambon, Guspurla Ambon dan Lanal Tual,” tutur Rizky.

Facebook Comments