Pariwisata

Tiga Warisan Budaya Tak Benda Dari Sul-sel di Ganjar Sertifikat

Infoasatu.com,Makassar--Lawa Bale dari Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan kini menyandang status sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Ditandai terbitnya sertifikat WBTB dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikbud Ristek RI).

Sertifikat WBTB yang ditandatangani langsung Nadiem Anwar Makarim, tertanggal 25 Oktober 2023 diserahkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (Disbudpar Sulsel), Muhammad Arafah kepada Sudirman Sabang selaku Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wajo (Disdikbud Wajo). Penyerahan berlangsung di Ruang SSTIC (South Sulawesi Tourism Information Center) Disbudpar Sulsel di Gedung MULO Makassar pada Kamis, 9 November 2023.

Selain Lawa Bale dari Wajo, Warisan Budaya Tak Benda juga disandang untuk Mattojang Paccekke, merupakan pesta adat yang digelar usai panen, berasal dari Desa Pacekke, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru. WBTB ketiga datang dari Kabupaten Bone yakni Pajaga Welado, tepatnya dari Desa Welado, Kecamatan Ajangale, adalah tarian yang disajikan oleh penari laki-laki.

Sertifikat juga diterima perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Barru serta utusan Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone dari tangan Muhammad Arafah. Sebelumnya, sertifikat telah diterima secara simbolis di Kawasan Kota Tua, Jakarta pada Rabu, 25 Oktober 2023 dalam kegiatan Apresiasi Warisan Budaya Indonesia Tahun 2023.

Diketahui sebanyak 777 diusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda tahun ini. Setelah melalui proses kurasi dan penilaian yang cukup panjang, ditetapkanlah 213 Warisan Budaya Tak Benda dari 31 provinsi di Indonesia, tiga diantaranya dari Sulsel.

Sudirman menjelaskan bahwa Lawa Bale dari Wajo diyakini unik, meskipun kuliner ini merupakan makanan khas dari Bugis, tak hanya Wajo semata. Terbukti, beberapa daerah mengajukan namun Wajo yang lolos verifikasi secara berjenjang.

Baca Juga :  Musium La Galigo Tampilkan Pameran Temporer dan Membatik Lontara

“Alhamdulillah Wajo yang lolos verifikasi kemarin. Berhubung kami punya danau dan lawa bale itu ya awalnya memang dari Danau Tempe,” jelas Sudirman.

Dalam wawancara ekslusif usai menerima sertifikat, dirinya membeberkan jika lawa bale sejak lama menjadi makanan pilihan utama bagi nelayan yang berangkat menangkap ikan di Danau Tempe. Erat kaitannya dengan kondisi di danau, terutama di masa lalu, nyaris tidak ada tempat berlabuh di danau yang terhampar luas hingga ke daerah tetangga seperti Soppeng dan Bone.

Membuat nelayan tidak bisa menyalakan api untuk membakar ikan ataupun memasak nasi dan yang lainnya, praktis harus membawa makanan dari rumah. Maka muncullah lawa bale, menu ini cukup sederhana dengan memanfaatkan hasil tangkapan yang dipadukan dengan bumbu dapur.

“Jadi, nelayan ini membuat makanan dari udang dan ikan mentah yang dicampur dengan jeruk dan kelapa sangrai, garam. Ya itu saja, jadi memang sangat simpel,” tambahnya.

Di tempat sama, Arafah berpesan agar Warisan Budaya Tak Benda tersebut dijaga kualitas dan keasliannya. Dilestarikan hingga dapat dinikmati anak cucu di masa mendatang.

“Selamat ya, tolong dilestarikan,” ujarnya.

Facebook Comments