Warga Perumnas Blok 10 Gerah Jadi Langanan Banjir Tahunan Tanpa Solusi Perum Perumnas
Infoasatu.com, Makassar – Akibat banjir yang terbilang parah yang terjadi di Kecamatan Manggala, warga blok 10 Kelurahan Manggala Kecamatan Manggala kecewa terhadap pihak PT. Perum Perumnas.
Hal itu disampaikan oleh Jufri salah seorang penduduk Blok 10 kompleks Perumahan Perum Perumnas. Jufri yang sudah tinggal sejak tahun 2012, menyesalkan sikap pihak Perum Perumnas, sampai saat ini juga belum ada sikap dan perhatian yang diberikan kepada warga Blok 10 Perumnas Antang.
“Kami sayangkan pihak Perum Perumnas tidak peduli apalagi memberikan solusi kepada kami warga Blok 10. Tiap tahun kami harus berhadapan banjir, padahal marketing PT. Perum Perumnas promosikan kompleks tersebut wilayah bebas banjir, faktanya kami tiap tahun harus terendam banjir, ” kata Jufri saat ditemui di salah satu warkop di Jalan poros perumnas Antang, Jum’at siang (25/1/19).
Oleh karenanya, ia menyarankan pihak Perum Perumnas untuk segera menyelesaikan secepatnya masalah banjir yang selama ini menjadi rasa ketakutan warga di perumnas antang blok 10.
Pasalnya di marketing penjualan rumah hunian Perum Perumnas menjanjikan perumahan bebas banjir. Akan tetapi kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh marketing perumnas.
“Dari tahun ke tahun tidak ada solusi. Ini adalah banjir terparah selama saya tinggal di Perumnas Antang Blok 10. Kasihan warga blok 10, berbagai macam kerugian yang dialami selama banjir ini. Harus secepatnya ditindak lanjuti tidak pakai lama, harus profesional, karena kami miliki itu rumah bukan secara gratis dan kami beli karena marketingnya sangat menjamin kenyamanan tinggal di Perumahan itu,” kesal Jufri.
Sekali lagi, Jufri mengatakan menagih janji pihak Perum Perumnas. Menurutnya warga juga merasa gerah setiap tahun terkena banjir, tanpa tanggung jawab dari pengembang.
Dari cerita beberapa warga Manggala, lahan yang ada di Blok 10 tersebut sebelum adanya pembangunan kompleks Perumahan milik PT Perum Perumnas merupakan dataran tinggi. Sekira tahun 80-an sampai tahun 90-an, di lokasi tersebut terjadi pengerukan tanah besar-besaran. Pengerukan dilakukan untuk penimbunan sejumlah wilayah pengembangan kompleks permukiman di Kota Makassar. (*)