POLITIK

Makna Isra’ Mi’raj Bagi Askar

Infoasatu.com, Makassar – Hari ini, Rabu 3 April 2019 seluruh umat Islam di seluruh dunia memperingati Isra’ Mi’raj. Peringatan Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peringatan yang patut disyukuri oleh segenap umat Islam. Pasalnya, melalui peringatan Isra’ Mi’raj, perintah Shalat 5 waktu pertama kali diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Calon Legislatif DPRD Makassar Dapil II dari Partai Perindo, Muhammad Askar memiliki makna tersendiri terkait Isra’ Mi’raj.

Menurut Askar, Isra’ Mi’raj adalah spiritual yang mengesankan bagi semua.

Isra mi’raj, kata Askar, merupakan peristiwa spiritual umat Islam dimana pada waktu itu Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Dunia ke Masjidil Aqsa kemudian ke Sidratul Muntaha dalam satu malam.

“Sebuah perjalanan yang jika dihitung secara matematis tidak ada satupun manusia yang bisa melakukannya apalagi pada waktu teknologi belum secanggih sekarang dan bahkan kalau secanggih sekarang pun juga tidak ada yang dapat memastikan akan terlaksana,” kata Askar.

Lanjut Askar, sebagaimana yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW kepada Abu bakar dan sahabat lainnya pada saat setelah beliau menjalankan Isra mi’raj itu melalui cerita yang tertuang dalam banyak hadits mengisahkan tentang peristiwa Isra mi’raj tersebut dalam konteks modern dan tahun politik saat ini yang sisa 15 hari lagi Pemilu 17 April 2019 di laksanakan akan banyak peristiwa peristiwa diluar nalar kita.

“Dimana kemenangan atau keterpilihan caleg atau bahkan presiden pun diluar analisa dan jangkauan pemikiran manusia secara umum, contoh peristiwa kemenangan kolom kosong yang tanpa tim sukses tanpa money politik bisa mengalahkan kekuatan calon yang didukung oleh 10 Partai besar dan kekuatan Uang yang melimpahpun demikian saya menduga akan terjadi peristiwa politik serupa di Pileg dan Pilpres kali ini dimana uang bukan segalanya,” ungkap Askar.

Baca Juga :  Senam Ininnawa Indira Akan Semarakkan HUT Kemerdekaan RI ke-79 Tahun

Menurut Askar, ada banyak masyarakat atau pemilih kritis yang mendukung dan mengusung Caleg atau Presiden bukan berdasarkan pada banyaknya uang yang diberikan tetapi lebih kepada moralitas, integritas dan kapasitas dari Caleg dan Capres tersebut. Hal ini, jelas dia, akan menggeser arah berfikir kaum pragmatisme yang bekerja dan memilih hanya berdasarkan sogokan dan bayaran.

“Secara matematis memang yang punya pastilah menang tapi secara moral dan etika caleg yang menyogok rakyat belum tertentu terpilih karena seakan merobek asas pemilu terkait kebebasan untuk memilih,” tutup Askar.

Facebook Comments