Bumi Kebermaknaan (24)
Infoasatu.com, Opini – Sekiranya anda mengalami sebuah situasi yang sangat dramatis, apa yang anda lakukan? Skenario di bawah ini hal yang sudah sering anda mungkin dengar, anggaplah sebagai pengaduk kepekaan rasa saja yang terkadang mengalami kebekuan.
Anda sedang naik kapal. Di tengah laut, kapal itu terbakar. Sekoci masing-masing diberikan untuk satu keluarga. Sekoci sangat tidak mencukupi untuk semua penumpang. Daya muat sekoci hanya untuk tiga orang, sementara anda berempat. Kalau dipaksakan, sekoci tenggelam dan anda sekeluarga tenggelam.
Tugas anda merembukkan dengan cepat siapa diantara tiga yang harus naik ke sekoci, dan siapa yang harus mengorbankan kehidupannya demi keluarga. Keempat orang itu adalah: anda sebagai suami, isteri anda, anak anda 10 tahun dan ibu kandung anda. Siapa yang anda sepakati untuk ditinggalkan?
Pertama, anda sepakati anda yang tinggal di kapal terbakar. Pertimbangannya, anda kepala keluarga dan menunjukkan tanggung jawab terbesarnya untuk memastikan mereka hidup meskipun dengan resiko anda yang mati. Tapi yakinkah anda? Masih ada perjuangan di atas sekoci yang harus dijalani dan anda harus disana; benturan ombak, mesin yang harus diarahkan, dan mereka bergantung hidupnya dari anda.
Kedua, isteri yang anda sepakati untuk tinggal. Diantara anda berempat, isteri-lah yang tidak punya hubungan darah dengan anda. Tapi jangan lupa, isterilah yang membuat anda memiliki anak yang punya hubungan darah. Dan juga, anda sendiri yang memilih hadirnya isteri dalam kehidupan anda. Ibu dan anak anda bukan dari pilihan anda, tapi anugerah. Lagi pula, beranikah anda memutuskan untuk meninggalkan isteri anda? Dalam kehidupan normal saja anda begitu takut mengambil keputusan yang sedikit merugikannya.
Ketiga anak kecil semata wayang anda. Mungkinkah anda mengorbankan anak anda yang baru saja beberapa tahun mencicipi kehidupan? Haruskah anda akhiri kehidupannya dengan pilihan anda? Atau anda diterpa keraguan memutuskan setelah melihat wajah ibu kandung dan isteri anda?
Dan terakhir ibu kandung anda. Pertanyaan yang menggelayut saat anda ingin memilih ibu kandung anda untuk ditinggalkan, sudah adakah balas budi anda terhadap seluruh pengorbanan ibu anda untuk menjadikan anda seperti sekarang? Tidak khawatirkah anda dengan kutukan sejarah, hidup sebagai Malingkundang?
Sekarang, anda harus memutuskan cepat sebelum anda semua dilalap kobaran api. Silakan merenungkan. Jawaban anda menunjukkan preferensi anda terhadap orang-orang terdekat dalam hidupnya. Anda bertanya apa pilihan saya? Saya punya jawaban tapi saya menunggu respon anda terlebih dahulu.
Oleh: Hamdan Juhannis