Infoasatu.com,Makassar-Baru-baru ini Kota Daeng dihebohkan dengan hengkangnya Danny Pomanto dari Partai Nasdem.
Keputusan Danny meninggalkan Nasdem diiringi dengan bertebarannya asumsi dan opini negatif sebagian kalangan.
Namun tidak sedikit pula menilai hengkangnya Danny sebagai langkah politik yang tepat, termasuk penulis yang cukup mengenal Danny selama ini.
Opini negatif tersebut mengatakan hengkangnya Danny karena hasrat politik untuk Pilgub Sulsel.
Sebenarnya, persoalan hasrat tidak bisa dinilai negatif secara keseluruhan. Sebab hasrat tidak salah juga jika dimaknai sebagai rasa optimisme Danny untuk mengabdikan dirinya di level Pemerintahan yang lebih tinggi.
Artinya, hasrat politik dan rasa optimisme diperlukan dan akan menuai hasil positif jika ditempatkan pada posisi dan tujuan yang positif pula.
Dalam hal ini, penulis melihat Danny punya kelayakan untuk bertarung di Pilgub. Tentu dengan segala prestasi dan basis dukungan Danny yang semakin kuat dan membesar.
Dari sini, keputusan Danny meninggalkan Nasdem adalah sebuah keharusan, hal wajar, dan memang menjadi pilihan rasional.
Lagi pula, berbeda partai itu hal biasa sehingga tidak perlu ramai-ramai menilanya sebagai hal negatif.
Fenomena ‘pindah partai’ harus dipandang publik sebagai pilihan-pilihan rasional dan bagian dari dinamika politik.
Berpindah partai juga menjadi lumrah terlebih setiap orang, siapapun dia, memiliki hak prerogatif, termasuk Danny.
Hal menarik dari hengkangnya Walikota Makassar dua periode itu adalah tatkala pihak Nasdem tidak mengakui Danny sebagai kadernya.
Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Nasdem beberapa hari yang lalu. Menurutnya Danny mengantongi Kartu Anggota Gerindra. Meski demikian, klaim tersebut tidak memiliki pengaruh besar terhadap sosok Danny.
Alih-alih menyerang balik Nasdem, Danny justru menunjukkan sikap respek dan sopan santun.
Danny memandang, bagaimanapun Nasdem pernah membersamainya sehingga keputusan hengkang membuatnya tetap menaruh rasa hormat.
Sikap rendah hati Danny, justru berbanding terbalik dengan pihak Nasdem yang cenderung menafikkan peran Danny selama ini, yang dibanyak kesempatan mengharumkan nama Nasdem, khususnya di wilayah Kota Makassar, dimana Danny memimpin.
Bagaimanapun, Nasdem di mata publik melekat pada diri sosok Danny. Danny dikenal dengan background partai pimpinan Surya Paloh ini. Sehingga seharusnya pihak Nasdem berterima kasih kepada Danny, bukan justru tidak mengakuinya.
Nasdem mesti mengakui bahwa Danny telah mendekatkan Nasdem dengan masyarakat Makassar. Namun bukan masalah juga jika Nasdem enggan berterima kasih.
Namun Nasdem harus menerima konsekuensi cukup pahit, yakni dinilai publik sebagai partai yang ‘tidak tau berterima kasih’ dan partai kering apresiasi.
Dibalik sikap Nasdem yang kurang etis dalam berpolitik, Nasdem harus siap menerima konsekuensi politik tadu. Mulai dari citra partai merosot hingga berpalingnya pilihan politik warga Makassar ke partai lain. Dari sudut pandang ini, Nasdem dinilai gagal memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Sehingga, Nasdem seharusnya merenung, sebab kehilangan figur politik kaya prestasi.
Terakhir, hengkangnya Danny adalah sikap penegasan Walikota Makassar dua periode itu sebagai sosok politisi yang independen.
Danny menegaskan bahwa dalam proses memilih pemimpin bukan semata-mata karena kekuatan partai, tetapi bagaimana kapasitas serta kapabilitas figur politik.
Sejauh ini, Danny memiliki basis massa dan simpatisan yang cukup kuat da solid, sehingga kepergiannya dari Nasdem dapat dilihat sebagai langkah politis yang tepat.
Terlebih, besarnya dukungan terhadap Danny untuk maju di Pilgub Sulsel menjadi pertimbangan tersendiri bagi Danny dan pendukungnya.
Dalam arti lain, Danny terbilang populer di mata pemilih Sulsel. Jika Nasdem tidak merasa kehilangan sosok Danny, maka Nasdem akan kehilangan sosok pemimpin berprestasi dan rendah hati.
Selain itu, langkah dan peluang politik Danny pasti lebih terbuka terlebih ketika bergabung dengan partai yang dianggap tepat.
Sebagai politisi hebat, penulis yakin Danny merupakan sosok yang realistis dan mengedepankan kepentingan orang banyak. Hal itu telah terbukti selama ia memimpin Makassar dua periode.
Infoasatu.com,Makassar--Calon Wali Kota (Cawalkot) Makassar, Indira Yusuf Ismail, mengajak warga Kota Makassar untuk menjadi pemilih…
Infoasatu.com,Makassar--Calon Wali Kota Makassar nomor urut 3, Indira Yusuf Ismail, bersama Komunitas #maRIKi Maju Bersama,…
Infoasatu.com,Makassar--Penjabat Sementara (Pjs) Wali Kota Makassar, Andi Arwin Azis menghadiri Puncak Peringatan Hari Ulang Tahun…
Infoasatu.com,Makassar--Penjabat sementara (Pjs) Wali Kota Makassar, Andi Arwin Azis, meninjau langsung pelaksanaan program Sabtu Bersih…
Infoasatu.com,Makassar--Calon Wali Kota Makassar, Indira Yusuf Ismail, melakukan silaturahmi dengan pengurus Cabang Muhammadiyah Kota Makassar,…
Infoasatu.com,Makassar--Paslon nomor urut tiga (3) walikota Makassar, Indira-Ilham ( INIMI) dan Paslon Gubernur urut satu…
Leave a Comment