Penembakan Brutal di Kota Christchurch, Selandia Baru Dilakukan Eksremis Sayap Kanan
Infoasatu.com, Makassar – Terjadi penembakan brutal di dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat, 15 Maret 2019 dini hari.
Penembakan pertama dilancarkan di Masjid Al Noor pada pukul 13.45 waktu setempat dan menewaskan sekitar 30 warga sipil. Penembakan kedua dilancarkan di Masjid Linwood dan menewaskan 10 warga sipil.
Kejadian itu dianggap sebagai bentuk terorisme yang dilakukan oleh kelompok ekstremis sayap kanan yang menjunjung tinggi hanya kelompoknya sekaligus menganggap kelompok lain dan pendatang adalah ancaman.
Pelaku adalah warga Australia yang disebutnya berpaham ekstremis sayap kanan. Kelompok ini memiliki paham kebencian berdasarkan rasial yang kental.
Penembakan itu ia siarkan secara online dan menghadirkan manifesto 73 halaman. Ia melabeli dirinya sebagai “warga kulit putih biasa”. Pelaku diketahui bernama Brenton Tarrant.
Tarrant mengklaim serangan itu untuk mewakili jutaan warga Eropa dan bangsa-bangsa etno-nasionalis lainnya.
“Kita harus memastikan keberadaan rakyat kita, dan masa depan untuk anak-anak kulit putih,” katanya.
Dia juga menggambarkan alasannya melakukan penembakan tersebut.
“Menunjukkan kepada penjajah bahwa tanah kami (mewakili orang kulit putih Eropa) tidak akan pernah menjadi tanah mereka (imigran), tanah air kami adalah milik kami sendiri dan bahwa, selama orang kulit putih masih hidup, mereka tidak akan pernah menaklukkan tanah kami dan mereka tidak akan pernah menaklukkan tanah kami,” lanjutnya.
Tarrant mengungkapkan dia telah merencanakan serangan ini dalam dua tahun. Dia mengatakan Selandia Baru bukan pilihan utama untuk menyerang, tetapi menggambarkan Selandia Baru menjadi sasaran empuk seperti di tempat lain di Barat.
“Sebuah serangan di Selandia Baru akan memusatkan perhatian pada kebenaran serangan terhadap peradaban kita, bahwa tidak ada tempat di dunia ini yang aman. Para penyerang berada di semua tanah kita, bahkan di daerah-daerah terpencil di dunia dan bahwa tidak ada tempat lagi yang aman dan bebas dari imigrasi massal,” jelasnya.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengatakan penembakan masjid di kota Christchurch menjadi salah satu hari terkelam di Selandia Baru.
“Apa yang terjadi di sini adalah tindakan kekerasan yang luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Ardern.
Ia mengatakan kemungkinan yang terkena dampak dari penembakan brutal itu adalah migran atau pengungsi.
“Mereka telah memilih untuk menjadikan Selandia Baru sebagai rumah mereka dan itu adalah rumah mereka. Mereka adalah kita,” lanjutnya.
PM Australia juga mengatakan, pelaku akan segera disidang pada Sabtu, besok pagi. Sementara tersangka lainnya yakni dua orang pria dan satu orang wanita masih ditahan. Satu orang lainnya yang sempat ditahan sudah dibebaskan karena terbukti bukan pelaku.(*)