Infoasatu.com, Makassar – Nilai tukar rupiah terus melemah, Selasa (4/9/2019) bergerak di level Rp 14.820 hingga Rp 14.940 per dolar AS. Angka ini telah mendekati level psikologis Rp 15.000 per dolar AS. Dimana pada angka yang sama di tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi.
Kondisi ini tentunya akan berdampak pada psikologi pasar dan masyarakat. Ikatan Sarjana Kelautan Universitas Hasanuddin (ISLA UNHAS) meminta pemerintah untuk melakukan langkah-langkah komprehensif untuk menguatkan rupiah.
“Perlu langkah yang tepat dalam penanganan pelemahan rupiah. Dalam jangka pendek pemerintah harus menggenjot komoditas ekspor, seharusnya sektor kelautan dan perikanan menjadi andalan,” ujar Ketua ISLA UNHAS, Darwis Ismail, Rabu (5/9/2018).
Darwis meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI) untuk bekerja dengan maksimal memacu ekspor hasil kelautan dan perikanan.
“Rupiah bisa kembali kuat jika Kementerian teknis yang berpotensi besar menghasilkan devisa seperti KKP bekerja dengan benar dan memanfaatkan semua potensi yang ada,” jelas Darwis.
“KKP harusnya memacu pengusaha bidang kelautan dan perikanan serta nelayan untuk bersama-sama melakukan ekspor. Indonesia punya banyak potensi, ada udang, kepiting, lobster, tuna, mutiara, pasir laut, garam, telur ikan terbang dan yang lainnnya,” tegas Darwis.
Menurutnya, KKP memiliki peran yang sangat besar untuk kembali menguatkan rupiah. Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di sektor kelautan dan perikanan. Namun, belum dimanfaatkan dengan baik.
Darwis menambahkan, Jokowi harusnya menggerakkan semua menteri teknisnya untuk memacu ekspor atau melakukan gerakan ekspor nasional.
“Jika menteri tidak mampu lakukan itu, sebaiknya diganti. Ini adalah kondisi yang sangat genting untuk melakukan kerja-kerja nyata,” tutup Sekretaris Dewan Pakar Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia ini. (*)
Leave a Comment