Teriak Falsafah Bugis Tapi Kelakuan Tak Cerminkan Bugis, Jawaban Netizen Ini Tampar Aktifis Pembela PK5 Kantor Pos
Infoasatu.com, Makassar – Upaya pemerintah merelokasi PK5 ke Kanrerong ri Karebosi serta mengembalikan fungsi trotoar di depan kantor Pos Makassar menjadi polemik di media sosial.
Meski 90 persen pedagang kaki lima (PK5) di Makassar sudah menyatakan siap direlokasi dan membongkar sendiri lapaknya, namun tetap saja ada riak-riak utamanya yang berjualan di Trotoar Kantor Pos.
Dalam sebuah video yang diupload ke group FB oleh akun @Taufik Ali, tampak seorang aktifis, yang belum diketahui apakah mewakili pedagang atau mewakili dirinya sendiri, berteriak memaki-maki wali kota Danny Pomanto. Dalam video, aktifis itu berteriak-teriak ditonton sebagian pedagang yang tampak kebingungan. Dalam video yang sama, aktifis ini juga terlihat mengkampanyekan Prabowo, serta meminta pedagang tidak memilih Jokowi.
Terakhir, aktifis tunggal ini diketahui bernama Zaenal Crs dalam akun Facebooknya. Dari perbincangan warga net ia juga kerap disapa K’Enal.
Videonya telah ditayangkan 76,6ribu kali, dan dishare sebanyak 56 kali. Hal ini memantik reaksi beragam netizen. Ada yang mendukung, namun tak sedikit pula justru berbalik menantang. Utamanya saat melontarkan pernyataan bahwa wali kota Danny Pomanto, seorang haji, muslim, bukan manusia, dan tidak paham falsafah Bugis. Bahkan ia juga menyebut orang nomor 1 Makassar ini olo’olo’ (binatang).
Akun @Mustafha Muchtar mengomentari video ini dengan menulis “Tong kosong nyaring bunyinya”. Lalu dijawab akun @Ilham Ilho berkomentar “ewako daeng”. Dibalas lagi @Agus Deliver: Pas2..
Lalu dukungan datang dari akun @Yoerdi Hed: Lgian bukan mau membela pemerintah atau apa, tp yg kalian t4 ti utk jualan itu adalah trotoar yg fungsinya sbgai t4 pejalan kaki dan hak pejalan kaki. Tp knp kalian alih fungsikan sbgai t4 utk berjualan, toh itu hak pemerintah. Jd tabe jgn salahkan pemerintah, tp introspeksi diri ki masing2. Jgn di salah fungsikan fasilitas umum. #makassarkotadunia
Pada video berdurasi 11.04 menit itu, juga terlontar tantangan. Ia menyebut jika PK5 melanggar maka yang lebih melanggar adalah kantor pos itu sendiri. “Kantor pos dibelakang lebih melanggar. Kepalanya benteng dia bikin, gedung. Kanal kecil. Palukka (pencuri) ini kantor pos, palukka. “Ayo Danny (Wali Kota) kalau berani kita bicara sejarah dan data,” ucap Zaenal pada videonya di menit ke 3.00, dengan berapi-api, sambil mondar-mandir bak menantang berkelahi.
Namun ajakan debat ini ditanggapi warga Makassar lainnya menggunakan akun @Izhald Hector. “Ada trotoar, fungsinya untk pejalan kaki, di pake untk menjual???
Yg salah siapa???
Terus yg di salahkan siapa???
Menjual di trotoar menguntungkan pedagang secara pribadi, tp merugikan pejalan kaki yg jelas memiliki HAK dlm penggunaan trotoar.
Giliran di pindahkan berteriak menyalahkan pemerintah???
Waras nggak tuh???
Persoalan permintaan diskusi,
Buat apa???
Toh ujung2nya juga minta bertahan dgn berbagai macam alasan.
Lagian klo sy walikota, buat apa ktmu dgn org seperti itu.
Katanya sipakatau,sipakalebbi,sikatutui,,,,
Ngomong nya saja kayak sampah, bilang org olo2 lah, ndak punya otak lah, bodoh lah….. bgtu kh contoh falsafah etika kebudayaan makassar???
Yg salah itu klo di pindahkan tanpa solusi,,, ini di relokasi ji.
Mau terima kau yg bersyukur, tdk terima kau yg rugi… toh kau yg melanggar…..
Bapak itu siapa sih???
Klo mau diskusi ayo sama sy saja,”
Lalu akun @Izhald Hector kembali menulis “Intinya sudahlah…..
Pahami saja….
Bahwa menurut undang2 di negara ini bahwa trotoar itu adalah di peruntukan untk pejalan kaki.
Jadi klo ada yg berjualan.
Sy kira qta semua sudah tau bahwa itu adalah pelanggaran.
Skrg apakh qta mau mempertahankan pelanggaran itu???
Atas nama apapun pelanggqran harus di tertibkan.
Mengakomodir keinginan pedagang untk bertahan tp mengabaikan HAK pejalan kaki sy kira salah juga.
Makanya sudah ada tawaran solusi untk relokasi
Wassalam bapak2 sekalian.
Salam DAMAI🙏🙏🙏,” (*)